Ku terdiam, hanya dapat terdiam melihat kesemuan hidup ini. Sunyi , senyap, sepi menghampiri benda berlendir yang berwarna pink dan berbentuk bulat ini. yap bulap, bulaat itu suatu awal tanpa akhir. beranjak ku dari tempatku terdiam ini menuju suatu kayu yang hampir lapuk dengan sebuah engsel yang sudah menemui karatnya. Coklat, abu-abu.. ku injakan kaki ku disana, tanpa karet yang mengalasinya terasa sangat lembab sekali.. miris dengkul ini sangat terasa.. bingung? sangat bingung.. yang ku lakukan hanya menatap alam sekitar, bola kehitaman ini tertuju, ya tertuju pada satu pemuda yang membawa jasad mudanya tanpa kemaluan. "Apa?" teriak ku, "Beri saya sesuap nasi tuan". pemuda itu membungkuk, "seseorang seperti mu tak pantas untuk memakan nasi! yang ada kau malah semangkin lembek, lemah layaknya struktur nasi." "Coba lihat kerbau disana, kerbau disana lebih berarti daripada kau, kau pun kalah manfaatnya dengan kerbau itu. Kau? kau layaknya sampah di selokan yang terombang-ambing dengan hina."
*menangis* "Apa gunanya kau menangis? memohon kepada tuhan? tuhan pun malu melihat dirimu, kau itu dijadikan cacian iblis dan ejekan para malaikat. Hey sadar lah, malaikat itu lebih rendah derajatnya darimu, apa kau rela kau di injak-injak oleh derajat rendahan? sadarlah? kau lebih mulia darinya, apa kau rela kemuliaanmu terinjak-injak?." "Bangunlah nak bangun selagi kau bisa bangun, jangan terus merunduk layaknya kerbau, kau bisa kawan! selagi ada waktu ubah lah pelangi itu!".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar